Senin, 29 September 2014

PEMIKIR MUTU: JURAN, DEMING, CROSBY, ISHIKAWA DAN FEIGENBAUN.






PEMIKIR MUTU: JURAN, DEMING, CROSBY, ISHIKAWA DAN FEIGENBAUN.




 








MAKALAH DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN MUTU (TQM) PENDIDIKAN ISLAM I



OLEH
KELOMPOK III
1.      TAMRIN




PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA NEGERI
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2014


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................          i
DAFTAR ISI..............................................................................................          ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................          1
B.     Rumusan Masalah............................................................................          2
C.     Tujuan..............................................................................................          2

BAB II PEMBAHASAN
A.    W Edwards Deming........................................................................          3
B.     Joseph Juran.....................................................................................          8
C.     Philiph B Crosby..............................................................................          9
D.    Dr. Kaori Ishikawa...........................................................................          12
E.     Dr. Armand V. Feigenbaum............................................................          15

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................................          20
B.     Saran................................................................................................          21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................          22





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap abad mengalami pergantian dan semakin majunya ilmu pengetahuan akan member dampak banyak terhadap manusia, ini dapat kita lihat langsung pada era saat ini kemajuan pengetahuan akan dapat memudahkan manusia untuk memperoleh segala hal yang menajdi keinginan mereka. Pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan sangat diperlukan, karena tanpa ilmu hal mustahil pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik, terutama bagi pelaksana atau pemegang kebijakan.
Kontribusi pendapat para cendekiawan tentang manajeman  mutu sangat bermanfaat untuk kemajuan institusi atau lembaga, terutama bagi pengelola yang berhubungan dengan kepentingan pelanggan. Banyak hal yang yang dapat diperoleh dari pendapat para akhli dan dapat diterapkan dalam pengelolaan institusi atau lembaga pendidikan.
Untuk keberhasilan penerapan manajemen mutu tidak mudah, diperlukan komitmen dan kerja sama yang baik antar bagian dari sistem. Jika manajemen diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada dengan segala dinamika dan fleksibilitasnya, maka akan menjadi perubahan yang cukup efektif bagi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.
Tercapainya tujuan pendidikan pada masing-masing jenjang sekolah dapat dilihat dari mutu lulusan, yang mencerminkan sejauh mana lulusan sekolah tersebut memiliki kompetensi keagamaan, akademik, sosial pribadi, dan ekonomi. Mutu lulusan dapat dicapai apabila komponen masukan, komponen proses, yang terlibat pada seluruh layanan yang dilakukan sekolah juga bermutu.
Proses pengembangan konstruk mutu sekolah, baik yang terkait dengan pengembangan dimensi, aspek, maupun indikator dilakukan oleh tim peneliti dengan melibatkan para pakar terkait, praktisi, dan pemakai jasa pendidikan di lapangan. Para pakar terdiri dari berbagai disiplin ilmu, diantaranya pakar manajemen, manajemen mutu, manajemen pendidikan, pengukuran dan evaluasi pendidikan, dan pakar kurikulum.
Berikut ini kami mencoba menyimpulkan pendapat tokoh manajemen  mutu W. Edwards Deming, Joseph Juran Philip Crosby, Ishikawa dan Feigenbaum  ke dalam bentuk tulisan sebagai tugas mata kuliah Manajemen Mutu dalam Sistem Pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dari karya tulis ini adalah yakni “ bagaimana pemikir mutu menurut W. Edwards Deming, Joseph Juran Philip Crosby, Ishikawa dan Feigenbaum”.

C.      Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui bagaimana pemikir mutu W. Edwards Deming, Joseph Juran Philip Crosby, Ishikawa dan Feigenbaum
2.      Bagaimana pandangan atau pendapat W. Edwards Deming, Joseph Juran Philip Crosby, Ishikawa dan Feigenbaum tentang Manajemen Mutu
3.      Untuk mengetahui gambaran pengembangan mutu menurut W. Edwards Deming, Joseph Juran Philip Crosby, Ishikawa dan Feigenbaum.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    W. Edwards Deming
William Edwards Deming (14 Oktober 1900 – 20 Desember 1993) adalah seorang Amerika statistik , profesor , penulis , dosen , dan konsultan . Deming secara luas dikreditkan dengan meningkatkan produksi di Amerika Serikat selama Perang Dingin , meskipun ia mungkin paling dikenal untuk karyanya di Jepang. Sejak tahun 1950 dan seterusnya ia mengajar manajemen puncak bagaimana memperbaiki desain (dan layanan), kualitas produk, pengujian dan penjualan (yang terakhir melalui pasar global) melalui berbagai cara, termasuk penerapan metode statistik.
Deming memberikan kontribusi yang signifikan untuk kemudian reputasi’s Jepang untuk inovasi produk berkualitas tinggi dan kekuatan ekonomi. Ia dianggap sebagai telah memiliki dampak yang lebih pada Jepang manufaktur dan bisnis daripada individu lain bukan dari warisan Jepang. Meskipun dianggap sesuatu pahlawan di Jepang, dia baru mulai mendapat pengakuan luas di Amerika Serikat pada saat kematiannya.
Pada tahun 1917, ia masuk di University of Wyoming di Laramie , lulus pada tahun 1921 dengan BSc dalam teknik listrik . In 1925, he received an MS from the University of Colorado , and in 1928, a Ph.D. from Yale University . Pada tahun 1925, ia menerima MS dari University of Colorado , dan pada tahun 1928, sebuah Ph.D. dari Universitas Yale . Both graduate degrees were in mathematics and mathematical physics . Kedua gelar sarjana itu dalam matematika dan fisika matematika.
Deming worked as a mathematical physicist at the United States Department of Agriculture (1927–39), and was a statistical adviser for the United States Census Bureau (1939–45). Deming bekerja sebagai ahli fisika matematika di Amerika Serikat Departemen Pertanian (1927-1939), dan merupakan penasihat statistik bagi Biro Sensus Amerika Serikat (1939-1945). He was a professor of statistics at New York University ‘s graduate school of business administration (1946–1993), and he taught at Columbia University ‘s graduate School of business (1988–1993). Dia adalah seorang profesor statistik di New York University ‘s sekolah lulusan administrasi bisnis (1946-1993), dan ia mengajar di Universitas Columbia lulusan s ‘Sekolah bisnis (1988-1993). He also was a consultant for private business.
Dia juga merupakan seorang konsultan untuk bisnis swasta.
Deming menganjurkan bahwa semua manajer harus memiliki apa yang disebut Sistem Pengetahuan yang sangat besar, yang terdiri dari empat bagian:
1. Apresiasi suatu sistem: memahami keseluruhan proses yang melibatkan pemasok, produsen, dan pelanggan (atau penerima) barang dan jasa (dijelaskan di bawah);
2. Pengetahuan variasi: kisaran dan menyebabkan variasi dalam kualitas, dan penggunaan sampling statistik dalam pengukuran; 3. Teori pengetahuan: konsep menjelaskan pengetahuan dan batas-batas dari apa yang dapat diketahui (lihat juga: epistemologi ); 4. Pengetahuan psikologi: konsep alam manusia.
Deming menjelaskan, “Orang tidak perlu menjadi unggulan di setiap bagian atau di keempat bagian dalam rangka memahami dan menerapkannya. Ke-14 poin untuk manajemen dalam industri, pendidikan, dan pemerintah mengikuti secara alami sebagai penerapan pengetahuan di luar, untuk transformasi dari gaya kini manajemen Barat ke salah satu optimasi. “Segmen berbagai sistem pengetahuan yang mendalam yang diusulkan di sini tidak dapat dipisahkan Mereka berinteraksi satu sama lain.. Dengan demikian, pengetahuan psikologi tidak lengkap tanpa pengetahuan variasi.
Seorang manajer orang perlu memahami bahwa semua orang berbeda Ini bukan orang peringkat.. Dia perlu memahami bahwa kinerja sebagian besar ada yang diatur oleh sistem yang ia bekerja, tanggung jawab manajemen. Penghargaan sistem melibatkan pemahaman bagaimana interaksi (yaitu, umpan balik) antara unsur-unsur sistem dapat mengakibatkan pembatasan internal yang memaksa sistem untuk berperilaku sebagai organisme tunggal yang secara otomatis mencari suatu kondisi mapan. Ini adalah kondisi mapan yang menentukan output dari sistem dan bukan pada elemen individu. Jadi, struktur organisasi daripada karyawan, sendirian, yang memegang kunci untuk meningkatkan mutu produksi.
Pengetahuan variasi melibatkan pemahaman bahwa segala sesuatu diukur terdiri dari kedua variasi normal karena fleksibilitas sistem dan dari sebab khusus yang menciptakan cacat. Kualitas berarti mengakui perbedaan untuk menghilangkan sebab khusus sementara mengontrol variasi normal. Deming mengajarkan bahwa membuat perubahan dalam merespon variasi normal hanya akan membuat sistem melakukan lebih buruk. Memahami variasi termasuk kepastian matematis bahwa variasi biasanya akan terjadi dalam waktu enam standar deviasi mean.
Berbicara masalah mutu ada lima tokoh mutu, yaitu W. Edwards Deming, Joseph Juran dan Philip B. Crosby. Ketiganya berkonsentrasi pada mutu dalam industri produksi, meskipun demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa. Memang tidak satupun dari mereka yang memberikan pertimbangan tentang isu-isu mutu dalam pendidikan. Walaupun demikian mereka tetap memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap gerakan mutu.
Filsafat Mutu Deming
Dalam buku yang berjudul Out of the Crisis, W. Edwards Deming mengemukakan “Ini bukanlah sebuah rekonstruksi struktur atau revisi kerja … Manajemen Amerika memerlukan struktur baru secara keseluruhan, dari dasar hingga ke atas.” Deming prihatin terhadap kegagalan manajemen Amerika dalam merencanakan masa depan dan meramalkan persoalan yang belum muncul. Sehingga Deming menyimpulkan bahwa masalah mutu terletak pada masalah manajemen.
Menurut Deming ada 14 prinsip yang harus dilakukan untuk mencapai suatu mutu dari produk/jasa, yaitu:
1.    Tumbuhkan terus menerus tekad yang kuat dan perlunya rencana jangka panjang berdasarkan visi ke depan dan inovasi baru untuk meraih mutu.
2.    Adopsi filosofi yang baru. Termasuk didalamnya adalah cara-cara atau metode baru dalam bekerja.
3.    Hentikan ketergantungan pada pengawasan jika ingin meraih mutu. Setiap orang yang terlibat karena sudah bertekat menciptakan mutu hasil produk/jasanya, ada atau tidak ada pengawasan haruslah selalu menjaga mutu kinerja masing-masing.
4.    Hentikan hubungan kerja yang hanya atas dasar harga. Harga harus selalu terkait dengan nilai kualitas produk atau jasa.
5.    Selamanya harus dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap kualitas dan produktivitas dalam setiap kegiatan.
6.    Lembagakan pelatihan sambil bekerja (on the job training), karena pelatihan adalah alat yang dahsyat untuk pengembangan kualitas kerja untuk semua tingkatan dalam unsure lembaga.
7.    Lembagakan kepemimpinan yang membantu setiap orang untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan baik misalnya,; membina, memfasilitasi, membantu mengatasi kendala, dll.
8.    Hilangkan sumber-sumber penghalang komunikasi antar bagian dan antar individu dalam lembaga.
9.    Hilangkan sumber-sumber yang menyebabkan orang merasa takut dalam organisasi agar mereka dapat bekerja secara efektif dan efisien.
10.    Hilangkan slogan-slogan dan keharusan-keharusan kepada staf. Hal seperti itu biasanya hanya akan menimbulkan hubungan yang tidak baik antara atasan dan bawahan; atau lebih jauh akan menjadi penyebab rendahnya mutu dan produktivitas pada sistem organisasi; bawahan hanya bekerja sekedar memenuhi keharusan saja.Hilangkan kuota atau target-target kuantitatif belaka. Bekerja dengan menekankan pada target kuantitatif sering melupakan kualitas.
11.    Singkirkan penghalang yang merebut/merampas hak para pimpinan dan pelaksana untuk bangga dengan hasil kerjanya masing-masing.
12.    Lembagakan program pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan diri bagi semua orang dalam lembga. Setiap orang harus sadar bahwa sebagai professional harus selalu meningkatkan kemampuan dirinya, dan
13.    Libatkan semua orang dalam lembaga ikut dalam proses transformasi menuju peningkatan mutu. Ciptakan struktur yang memungkinkan semua orang bisa ikut serta dalam usaha memperbaiki mutu produk/jasa yang diusahakan.
14 poin diatas merupakan intisari dari teori manajemennya, sementara ‘tujuh penyakit mematikan’, yang maksudnya adalah konsep tentang kendala bagi perbaikan mutu. Dari konsep ‘tujuh penyakit mematikan’ atau kendala-kendala corak baru manajemen yang sebagian besar didasarkan pada kultur industri Amerika, ada lima penyakit yang signifikan dalam konteks pendidikan. Karena lima fakta tersebut dapat digunakan dalam menganalisa hal-hal yang mencegah munculnya pemikiran baru. Penyakit pertama adalah kurang konstannya tujuan. Penyakit kedua yaitu pola piker jangka pendek. Penyakit yang ketiga yaitu berkaitan dengan evaluasi prestasi individu melalui proses penilaian atau tinjauan kerja tahunan. Penyakit keempat adalah rotasi kerja yang terlalu tinggi. Dan penyakit yang kelima menurut Deming adalah manajemen yang menggunakan prinsip angka yang tampak.
Kegagalan Mutu
Apabila memperhatikan secara seksama, suatu kegagalan mutu pasti ada sebab-sebabnya, maka kita harus memahami sebab-sebabnya. Deming membedakan sebab-sebab kegagalan menjadi dua bentuk yaitu umum dan khusus.
Sebab-sebab umum adalah sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan sistem. Masalah sistem ini merupakan masalah internal proses institusi. Masalah-masalah tersebut hanya bisa diatasi jika sistem, proses dan prosedur institusi tersebut dirubah. Dalam pendidikan. sebab-sebab rendahnya  mutu pendidikan bisa disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampang, sumberdaya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai.Kesalahan yang sering kali terjadi dalam dunia pendidikan adalah kurangnya penelitian dan analisa terhadap sebab-sebab rendahnya tingkat pencapaian tujuan, serta belum terwujudnya penelitian dan analisis tersebut sebagai subyek aksi manajerial.
Sementara sebab-sebab khusus melahirkan variasi-variasi yang non-acak di dalam sistem dan merupakan sebab-sebab eksternal. Sebab-sebab khusus kegagalan, sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah-pahaman.. Jika sebuah masalah disebabkan oleh sebab-sebab khusus, maka masalah tersebut bisa diatasi dengan tanpa mengganti kebijakan atau mendesain kembali sistem. Banyak masalah khusus dalam pendidikan muncul dari sejumlah kecil individu yang kurang memiliki motivasi atau ketrampilan untuk menjadi seorang guru yang efektif. Hanya manajemen yang memiliki otoritas untuk menemukan solusi yang tepat dalam masalah ini.



Peran Manajer dalam Menangani Kegagalan
Implikasi perbedaan antara sebab-sebab umum dan khusus sangat penting bagi manajer. Sebagia besar masalah sedemikian disebabkan oleh manajemen yang lemah atau tidak mencukupi.
Mengetahui sebab kegagalan mutu dan memperbaikinya adalah tugas kunci seorang manajer. Dalam kasus seperti ini, mereka berubah menjadi frustasi ketika usaha mereka gagal. Pembedaan sederhana namun penting yang dilakukan Deming, melahirkan wawasan yang cerdas dalam mengatasi kegagalan mutu. Di dalam literature TQM, disebutkan bahwa pengembangan mutu yang berhasil membutuhkan komitmen abadi pihak manajemen. TQM juga menegaskan bahwa komitmen bukan sekedar mendorong usaha orang lain. Dalam istilah praktisnya, komitmen adalah kesadaran manajemen bahwa mereka adalah pihak yang bertanggungjawab untuk menemukan solusi bagi sebuah kesalahan.

B. Joseph Juran
Selain W. Edwards Deming ada juga tokoh mutu yang lainnya seperti Joseph Juran. Dia adalah seorang pelopor revolusi mutu di Jepang. Dia adalah penulis dan editor sejumlah buku di antaranya, Juran’s Quality Control Handbook, Juran on Planning for Quality,dan Juran on Leadership for Quality. Dia terkenal dengan ide nya, yaitu ‘kesesuaian dengan tujuan dan manfaat’. Ide ini menunjukkan bahwa produk atau jasa yang sudah dihasilkan mungkin sudah memenuhi spesifikasinya, namun belum tentu sesuai dengan tujuannya.
Juran adalah seorang guru manajemen pertama dalam menghadapi isu-isu manajemen mutu yang lebih luas. Dia yakin, seperti Deming, bahwa kebanyakan masalah mutu dapat dikembalikan pada masalah keputusan manajemen. Dengan demikian, menurut dia, 85 persen masalah merupakan tanggungjawab manajemen, karena mereka memiliki 85 persen control terhadap system organisasi.
Juran telah mengembangkan sebuah pendekatan yang disebut Manajemen Mutu Strategis (SQM) untuk membantu manajer dalam merencanakan. SQM adalah sebuah proses tiga-bagian yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda yang memberi kontribusi unik terhadap peningkatan mutu.
Juran Institue, yang memberikan konsultasi berdasarkan prinsip-prinsip Juran, menganjurkan penggunaan sebuah pendekatan tahap demi tahap untuk menyelesaikan masalah dalam meningkatkan mutu. Peningkatan mutu hanya akan berarti ketika diaplikasikan secara praktis, dan aplikasi tersebut merupakan variasi dari tahap itu sendiri. Juran pernah mengatakan bahwa, ’Semua bentuk peningkatan mutu harus dilakukan dengan cara tahap demi tahap dan tidak dengan cara lain’.

C. Philip B. Crosby
Selain W. Edwards Deming dan Joseph Juran ada juga tokoh mutu yang lainnya Philip B. Crosby. Philip B. Crosby selalu diasosiasikan dengan dua ide yang sangat menarik dan sangat kuat dalam mutu. Ide yang pertama  adalah ide bahwa mutu itu gratis dan yang kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu, serta semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk ini. Ini adalah gagasan ‘tanpa cacat’ yang kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika diterapkan dalam dunia pendidikan.
Dua ide Philip Crosby yang sangat menarik dan kuat dalam mutu. Yang pertama adalah bahwa mutu adalah gratis. Terlalu banyak pemborosan dalam sistem saat mengupayakan mutu. Yang kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu serta semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan jika institusi  memiliki kemauan itu. Ini adalah gagasan tanpa cacat yang kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika diterapkan dalam dunia pendidikan. Gagasan bahwa peningkatan mutu dapat membantu organisasi menghilangkan kegagalan, khususnya kegagalan pelajar yang seringkali diabaikan oleh sebagian besar institusi.
Program peningkatan mutu Philip Crosby adalah salah satu dari bimbingan atau arahan yang paling detail dan praktis, lain halnya dengan W. Edwards Deming yang cendrung lebih filosofis. Pendekatan Philip Crosby dapat diterapkan sebagai rencana kegiatan yang  sangat praktis. Philip Crosby berperdapat bahwa sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu yang lebih baik. Penghematan sebuah institusi akan datang dengan sendirinya ketika  institusi tersebut melakukan segala sesuatunya dengan benar. Pemikiran lain Philip Crosby yang utama dan kontroversial tentang mutu adalah tanpa cacat dalam konteks bisnis akan meningkatkan keuntungan dan dengan penghematan biaya.
Philip B. Crosby telah berusaha keras menekankan bahwa ‘tanpa cacat’ adalah sebuah hal yang dapat diwujudkan, meskipun memang sulit. Program peningkatan mutu Crosby adalah salah satu dari bimbingan atau arahan yang paling detail dan praktis. Tidak seperti pendekatan Deming yang cenderung lebih filosofis, pendekatan Crosby dapat diterapkan sebagai rencana kegiatan. Dalam bukunya, yang berjudul Quality Is Free, Crosby menguraikan pendapatnya bahwa sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu yang baik. Penghematan sebuah institusi akan datang dengan sendirinya ketika institusi tersebut melakukan segala sesuatunya dengan benar.
Tanpa cacat adalah kontribusi pemikiran Crosby yang utama dan controversial tentang mutu. Ide ini adalah sebuah ide yang sangat kuat. Ide ini adalah komitmen untuk selalu sukses dan menghilangkan kegagalan. Bagi dia hanya ada satu standar, dan itu adalah kesempurnaan. Gagasannya adalah pencegahan murni, dan ia yakin bahwa kerja tanpa salah adalah hal yang sangat mungkin.  Teoritikus lain seperti Deming dan Juran tidak percaya jika hal tersebut merupakan tujuan yang mudah. Mereka berpendapat bahwa semakin dekat seseorang dengan ‘tanpa cacat’, maka akan semakin sulit ia menghilangkan kesalahan seperti yang dikemukan oleh Juran bahwa titik tertentu tahap penyesuaian diri adalah tahap yang dibutuhkan.
Dalam dunia pendidikan metode tanpa cacat menginginkan agar seluruh pelajar dan murid dapat memperoleh kesuksesan dan mengembangkan potensi mereka. Tugas peningkatan mutu dalam pendidikan adalah membangun system dan struktur yang menjamin terwujudnya metode tersebut, memang ada banyak pihak yang menentang metode tanpa cacat, terutama sekali ujian normative yang memustahilkan tujuan metode tersebut, dan di samping itu, muncul pandangan bahwa standard-standar metode tanpa cacat hanya bisa diperoleh setelah melalui tingkat kegagalan yang tinggi
Cara untuk mencapai mutu  dari produk atau jasa, menurut Crosby ada 14 langkah, meliputi:
1.      Komitmen pada pimpinan. Inisiatif pencapaian mutu pada umumnya oleh pimpinan dan dikomunikasikan sebagai kebijakan secara jelas dan dimengerti oleh seluruh unsure pelaksana lembaga.
2.      Bentuk tim perbaikan mutu yang bertugas merumuskan dan mengendalikan program peningkatan mutu.
3.      Buatlah pengukuran mutu, dengan cara tentukan baseline data saat program peningkatan mutu dimulai, dan tentukan standar mutu yang diinginkankan sebagai patokan. Dalam penentuan standard mutu libatkanlah pelanggan agar dapat diketahui harapan dan kebutuhan mereka.
4.      Menghitung biaya mutu. Setiap mutu dari suatu produk/jasa dihitung termasuk didalamnya antara lain: kalau terjadi pengulangan pekerjaan jika terjadi kesalahan, inspeksi/supervise, dan test/percobaan.
5.      Membangkitkan kedaran akan mutu bagi setiap orang yang terlibat dalam proses produksi/jasa dalam lembaga.
6.      Melakukan tindakan perbaikan. Untuk ini perlu metodologi yang sistematis agar tindakan yang dilakukannya cocok dengan penyelesaian masalag yang dihadapi, dan karenanya perlu dibuat suatu seri tugas-tugas tim dalam agenda yang cermat. Selama pelaksanaan sebaiknya dilakukan pertemuan regular agar didapat feed back dari mereka.
7.      Lakukan perencanaan kerja tanpa cacat (zero defect planning) dari pimpinan sampai pada seluruh staf pelaksana.
8.      Adakan pelatihan pada tingkat pimpinan (supervisor training) untuk mengetahui peranan mereka masing-masing dalam proses pencapaian mutu, teristimewa bagi pimpinan tingkat menengah. Lebih lanjut juga bagi pimpinan tingkat bawah dan pelaksananya.
9.      Adakan hari tanpa cacat, untuk menciptakan komitmen dan kesadaran tentang pentingnya pengembangan staf.
10.  Goal setting. Setiap tim/bagian merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan tepat dan harus dapat diukur keberhasilannya.
11.  Berusaha menghilangkan penyebab kesalahan. Ini berarti sekaligus melakukan usaha perbaikan. Salah satu dari usaha ini adalah adanya kesempatan staf mengkomunikasikan kepada atasannya mana diantara pekerjaannya yang sulit dilakukan.
12.  Harus ada pengakuan atas prestasi bukan berupa uang tapi misalnya penghargaan atau sertifikat dan lainnya sejenis.
13.  Bentuk suatu Komisi Mutu, yang secara profesional akan merencanakan usaha-usaha perbaikan mutu dan menoneter secara berkelanjutan.
14.  Lakukan berulangkali, karena program mencapai mutu tak pernah akan berakhir.

D.    Dr. Kaoru Ishikawa

Lahir di Tokyo pada tahun 1915, Kaoru Ishikawa merupakan anak tertua dari Ichiro Ishikawa. Ia lulus dari Universitas Tokyo pada tahun 1939 dan meraih gelar sarjana teknik di bidang kimia terapan. Setelah lulus, Ishikawa bekerja sebagai staf teknis kelautan hingga 1941, sebelum pindah pekerjaan ke perusahaan Nissan Liquid Fuel hingga 1947. Ishikawa yang mempioneri quality management process di Kawasaki shipyards, dikenal sebagai salah satu pencetus konsep manajemen modern.
Pada 1949, Ishikawa bergabung dengan Japanese Union of Scientists and Engineers atau JUSE, sebuah kelompok yang fokus di bidang kontrol kualitas. Setelah Perang Dunia II usai, Jepang berinisiatif membangun kembali negaranya dan melakukan transformasi di sektor industri. Ishikawa turut ambil bagian dalam inisiatif ini; kemampuannya mendorong massa untuk mewujudkan target bersama yang spesifik adalah salah satu sumbangan terbesar dalam quality-movement di Jepang. Ia menerjemahkan, menerapkan dan mengembangkan konsep manajemen W. Edwards Deming dan Joseph M. Juran kedalam sistem industri Jepang.
Ketertarikannya pada bidang pendidikan membuat Kaoru Ishikawa terjun ke dunia akademis sebagai profesor paruh waktu di Universitas Tokyo. Perjalanan karir akademis akhirnya membawanya ke puncak kepemimpinan Musashi Institute of Technology pada tahun 1978.
Setelah menjadi dosen tetap di Universitas Tokyo pada 1960, Ishikawa memperkenalkan konsep quality circles (1962) dalam konjungsinya dengan JUSE. Konsep ini lahir dari sebuah eksperimen untuk menelifi efek “leading hand” atau Gemba-cho terhadap kualitas. Banyak perusahaan yang diundang untuk mencoba quality circles ini, namun hanya satu yang menerima, yaitu Nippon Telephone & Telegraph. Nyatanya, konsep quality circles segera menjadi sangat populer dan membentuk hubungan penting kepada sistem Total Quality Management.
TQM, yang merupakan singkatan dari Total Quality Management merupakan filosofi layanan yang berpaku kepada kepuasan pengguna dan perbaikan layanan yang berkesinambungan (Wheelan, Hunger 318 in Wallach, Darren 1). Dalam bahasa Indonesia, TQM dapat juga disebut sebagai Pengelolaan Mutu Total atau PMT. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, fokus dari PMT adalah klien, konsumen, pembeli. Apapun itu namanya, merupakan bagian terpenting dari organisasi, terutama yang bergerak dalam bidang pelayanan/jasa.
Beberapa komponen utama yang menyusun PMT, seperti yang dipaparkan oleh Wallach 2011 adalah:
  1. Variabel kualitas yang lebih baik;
  2. Memberikan tanggapan yang cepat;
  3. Fleksibilitas dalam menghadapi pengguna;
  4. Biaya yang minim untuk peningkatan kualitas dan kerja lainnya.
Dari keseluruhan teori yang dikemukakan oleh banyak pemikir, semuanya memiliki kesamaan tujuan. Yang menjadi perbedaannya adalah bagaimana proses untuk mencapai tujuan tesebut. Dari salah satu banyak teori yang dikemukakan, salah satunya adalah teori atau metoda yang dikemukakan oleh Dr. Kauro Ishikawa.
Dr. Kauro Ishikawa merupakan pencetus dari konsep/teori Lingkaran Kualitas (Quality Circle) dan Diagram Sebab-Akibat atau juga dikenal dengan Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) atau Diagram Ishikawa (Ishikawa Diagram).
Dr. Kauro Ishikawa lahir di Tokyo pada tanggal 13 Juli 1915 dan lulus dari Universitas Tokyo dari Universitas Tokyo dari Jurusan Teknik. Tak lama setelah lulus, Dr. Kauro Ishikawa mendaftar ke Angkatan Laut Jepang dan menjadi perwira. Namun, pada tahun 1941 beliau keluar dari Angkatan Laut.
Lalu, bagaimana Ishikawa mampu mengeluarkan teori-teori tentang PMT yang akhirnya melegenda tersebut? Setelah keluar dari Angkatan Laut, pada tahun 1943, Ishikawa mendesain Diagram Sebab-Akibat (Diagram Tulang Ikan) bagi Kawasaki Steel Works. Lalu pada akhirnya, di tahun 1949, Ishikawa begabung dengan JUSE (Japanese Union of Scientists and Engineerings) yang notabene merupakan kelompok penelitian pengawasan kualitas, karena pada saat itu, industri Jepang memproduksi barang murah dengan kualitas yang rendah. Ishikawa mempunyai tujuan untuk merubah itu semua.
1962, Ishikawa mengembangkan Quality Circles, di mana sekumpulan orang belajar untuk mengidentifikasi masalah lalu memberikan solusi atas masalah tersebut. Solusi yang diberikan selanjutnya kaan dipresentasikan kepada manajemen tingkat atas dari suatu organisasi. Kontribusi Ishikawa yang juga tak kalah pentingnya adalah menyempurnakan model PDCA (Plan Do Check Act) yang dikembangkan oleh Edward Deming, penemu konsep PMT. Ishikawa mengkolaborasikannya menjadi rencana enam langkah:
  1. Tentukan target dan tujuan;
  2. Tentukan metoda pencapaian;
  3. Lakukan sosialisasi melalui pelatihan;
  4. Terapkan pekerjaan;
  5. Lakukan pemeriksaan dari implementasi yang berjalan;
  6. Lakukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Quality Circles yang dikembangkan oleh Ishikawa, seringkali menggunakan metode ini untuk memberikan solusi dari suatu permasalahan dan pertama kali menggunakan metode ini awal tahun 60-an. Mereka juga menggunakan  salah satu metoda yang paling terkenal, yang didesain oleh Ishikawa, Diagram Sebab-Akibat (Diagram Tulang Ikan). Diagram ini diilustrasikan sebagai alat untuk memecahkan masalah.
Menggunakan diagram ini, letakkan permasalahan pada bagian tulang utama yang mengarah ke kepala ikan. Lalu letakkan masalah-masalah potensial pada tulang-tulang kecil yang menjadi bagian dari tulang utama. Kategori umum untuk masalah potensial tersebut adalah:
  • Material
  • Mesin
  • Pengukuran
  • Orang
  • Metoda
Berikut adalah gambarnya, berdasarkan kategori umum tersebut:
http://dachpian2b.saschina.wikispaces.net/file/view/ishikawa_fishbone_model.gif/264213845/ishikawa_fishbone_model.gif
Saat ini, berkat sumbangan pengetahuan dari Ishikawa, Jepang telah menajdi salah satu raksasa industri yang mampu mengantarkan barang-barang berkualitas. Prinsip-prinsip yang dimunculkan oleh Ishikawa dapat dimanfaatkan untuk kegiatan jangka panjang agar perusahaan dapat meminimalisir pengeluaran serta memberikan mereka kualitas tinggi atas hasil kerjanya.

E.       Dr. Armand V. Feigenbaum
Menurut Feigenbaum mutu adalah produk komposit total dan layanan karakteristik pemasaran, teknik manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk dan jasa yang digunakan akan memenuhi harapan pelanggan. Poin penting Feigenbaum ini adalah bahwa (1) kualitas harus didefinisikan dalam hal kepuasan pelanggan, (2) kualitas adalah multidimensi dan harus didefinisikan secara komprehensif, dan (3) karena terjadi perubahan kebutuhan dan harapan pelanggan, maka mutu adalah dinamis.
Dari pendapat Feingenbaum menjelaskan bahwa Mutu produk dan jasa adalah seluruh gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari pemasaran, engineering, manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk atau jasa pelayanan dalam penggunaannya akan bertemu dengan harapan pelanggan. Pelanggan adalah bagian utama dalam pengembangan produk, sebuah produk akan memiliki tingkat mutu kualitas yang baik apabila pelanggan memiliki kepuasan dari produk yang mereka gunakan.
Dr. Armand V. Feigenbaum mengemukakan kualitas produk dan jasa ialah adalah seluruh gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari pemasaran, engineering, manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk atau jasa pelayanan dalam penggunaannya akan bertemu sesuai harapan pelanggan
Tokoh Armand Feigenbaum dilahirkan pada tahun 1920 dan beliau berasal dari negara Amerika Syarikat. Beliau telah menperolehi ijazah sarjanamuda dari Union College di Schenectady, New York dan seterusnya, beliau telah melanjutkan pelajarannya dalam master's degree dan kemudian, mendapat Ph.D. di Massachusetts Institute of Technology. Begitu juga, Feigenbaum merupakan seorang peniaga dan beliau pandai dalam urusan kawalan kualiti. Dalam tempoh tahun 1958 hingga tahun 1968, beliau pernah memegang jawatan sebagai Pengarah Operasi Pengeluaran (Director of Manufacturing Operations) di Syarikat General Electric dan beliau juga dikenali sebagai seorang pakar kualiti utama di syarikat tersebut. Menurut pandangan beliau, pencapaian kualiti adalah hasil dari "total orchestration of all inputs" dan kualiti bukanlah hanya beberapa peralatan atau teknik sahaja tetapi ia adalah merangkumi semua aspek dalamnya. Dengan mengintegrasikan perancangan, perlaksanaan dan penilaian proses, beliau dapat berjaya mencapai tahap kualiti yang lebih tinggi. Pada masa itu, beliau sedar bahawa aspek-aspek lain dalam syarikat tersebut juga turut berubah menjadi semakin baik apabila dia berjaya membaiki satu proses dalam Syarikat General Electric.
Sumbangan beliau tidak hanya terhad dalam Syarikat General Electric sahaja kerana sebenarnya beliau juga menjadi Presiden di American Society for Quality (ASQ) dalam lingkungan tahun 1961 hingga tahun 1963. Dalam tempoh masa tersebut, beliau menulis dan menerbitkan beberapa buah buku di mana salah sebuah buku yang telah diterbitkan olehnya dikenali sebagai "Total Quality Control". Mengikut Feigenbaum, "Total Quality Control" merupakan suatu sistem yang efektif di mana ia mengintegrasikan pembangunan kualiti, penyelenggaraan kualiti dan usaha-usaha dalam penambahbaikan kualiti daripada kumpulan-kumpulan yang berlainan di dalam sesebuah organisasi untuk memastikan dan membolehkan pengeluaran pemasaran, pembuatan dan perkhidmatan organisasi tersebut mencapai tahap yang paling ekonomikal supaya dapat memenuhi kehendak dan kepuasan pelanggan pada masa yang sama. Dia juga mempersoalkan penggunaan teknik persampelan dan pemeriksaan untuk menjamin kualiti.
Selain itu, Feigenbaum merupakan pengasas kepada pengarah "International Academy for Quality". Beliau menjadi penerima pertama yang mendapat anugerah "ASQ's Lancaster Award", di mana anugerah ini ditubuhkan bertujuan untuk mengiktiraf kepimpinan istimewa dalam perkembangan dan pembangunan kualiti di peringkat antarabangsa. Anugerah tersebut telah mengiktirafkan sumbangan beliau yang luar biasa dalam bidang ini demi mencapai kerjasama antarabangsa dalam kawalan kualiti melalui usaha pembangunan, pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya ke seluruh dunia, serta juga untuk mengiktiraf  kepimpinan beliau dalam "International Academy for Quality".
Dalam pengiktirafan sumbangan Feigenbaum sebagai "pencipta dan pelaksana dalam asas kawalan kualiti moden", beliau telah dianugerahi ASQ's Edwards Medal pada tahun 1965. Pada masa yang sama, beliau juga menerima anugerah National Security Industrial Association Award of Merit atas kepimpinan beliau dalam mempertahankan negaranya. Anugerah-anugerah yang diperolehi telah menjadi pengiktirafan yang terbaik bagi sumbangan beliau yang dicurahkan. Seterusnya, beliau pernah menjadi ahli kepada Advisory Group of the United State Army, pengerusi kepada Army Material Command, dan pakar runding kepada Industrial College of the Armed Forces.
Pada tahun 1968, Armand Feigenbaum telah mengasaskan Syarikat General System yang berada di Pittsfield, Massachusset, di mana Syarikat General System merupakan sebuah firma kejuruteraan yang mereka dan memasang sistem operasian bagi syarikat-syarikat di Amerika Syarikat, Europah dan Latin Amerika. Beliau telah menyumbangkan masa dan semangatnya yang banyak di luar negara dalam pengabungan dengan kerja tersebut. Akhirnya, beliau berjaya menjadi pemandu dalam bidang kawalan kualiti dan pengurusan kualiti di peringkat pandangan antarabangsa. Feigenbaum mengkatakan bahawa " The belief that quality travels under an exclusive foreign passport is a myth."
Berdasarkan kepada pandangan Feigenbaum bahawa mana-mana syarikat yang mengamalkan kualiti menyeluruh (Total Quality Management) sebenarnya akan menetapkan kualiti standard antarabangsa dalam industri masing-masing. Sumbangan beliau terhadap gerakan kualiti iaitu beliau berjaya mengalihkan perhatian para pemimpin korporat kepada keperluan menggunakan pendekatan "cost of conformance" dalam melaksanakan program kualiti. Feigenbaum diiktiraf sebagai seorang pengubah dalam bidang  pengurusan kos kualiti (Quality Costs Management). Beliau merupakan pemula yang mengambarkan sifat-sifat kos kualiti sebagai kos pencegahan, kos penilaian, kos gagalan/ kerosakan dalaman dan luaran. Kos pencegahan termasuk kos-kos dalam perancangan kualiti dan kos-kos lain yang berkaitan dengan pencegahan "non-comformance" dan kerosakan. Kos penilaian pula merujuk kepada kos yang dikenakan dalam menilaikan kualiti produk. Kos gagalan/ kerosakan dalaman adalah kos-kos yang dilibatkan atas sebab material dan produk yang rosak dan "non-comformance" yang tidak memenuhi spesifikasi kualiti organisasi. Manakala, kos gagalan luaran pula kos-kos yang dilibatkan  disebabkan oleh produk yang rosak apabila sampai kepada pelanggan, misalnya kos aduan dan kos kehilangan pasaran.
Begitu juga, Feigenbaum dikenali dengan konsep beliau, iaitu "Hidden Plant". Mengikut konsep tersebut, setiap kilang akan menghadapi pembaziran dalam sebahagian kapasiti pengeluarannya. Dengan itu, beliau telah menilai bahawa 40% daripada kapasiti dalam sesebuah kilang akan dibazirkan. Faktor-faktor yang memberi kesan kepada kualiti dapat dibahagikan kepada dua, iaitu faktor teknologi dan faktor manusia. Tetapi, Feigenbaum berpendapat bahawa faktor manusia dianggap lebih penting di antara kedua-dua faktor tersebut.
Mengikut analisa Feigenbaum, manusia biasanya digerakkan oleh pembaikan sistem yang ada. Dalam hal ini kejayaan dalam membaiki sesuatu aspek sengaja dihebahkan kerana Feigenbaum cuba membina persekitaran di mana anggota kerja dapat belajar dari pengalaman mereka sendiri. Ideanya telah membawa kepada pembentukan cross-funtional teamwork dan persekitaran kerja yang terbuka. Beliau percaya bahawa pelanggannya sebenarnya yang mendefinisikan kualiti dan bukanlah yang didefinisikan oleh organisasi tersebut. Walaubagaimanapun, pendapat beliau tidak dipersetujui oleh Deming yang berpendapat bahawa organisasi yang cuba memahami keperluan dapat meramalkan keperluan pelanggan pada masa depan.
Dalam pengawalan kualiti, terdapat empat langkah utama yang perlu ditepati. Langkah pertama adalah dengan menetapkan piawaian kualiti, dan kenudiannya perlu menilai perlaksanaan dan prestasi berdasarkan piawaian tersebut. Langkah ketiga adalah bertindak apabila prestasi lebih baik daripada piawaian dan seterusnya, membuat perancangan untuk membaiki piawaian tersebut. Pengawalan kualiti meliputi semua peringkat proses pengeluaran industri, di mana ia bermula dengan spesifikasi dan jualan kepada pelanggan, melalui rekabentuk, pembuatan dan sehingga proses penghantaran dan khidmat diberi selepas jualan.
Berbagai pencapaian Feigenbaum dan anugerah-anugerah yang diberi kepada beliau telah menunjukkan dan mengiktirafkan sumbangan beliau yang diberi dalam pembangunan dan perkembangan kualiti sepanjang masa ini. Tambahan pula, pengetahuan dan pengalaman beliau yang berkenaan dengan kualiti telah banyak mempengaruhi pengurusan dan pengoperasian organisasi-organisasi dalam pasaran yang sengit di dunia dari masa dahulu hingga sekarang.






















BAB III
P E N U T U P
A.    Kesimpulan
Menurut Crosby mutu adalah sesuai dengan persyaratan, yang merupakan satu tingkat untukformulasi. Hal yang ditekankan Crosby dalam definisi mutu adalah bahwa (1) seseorang harus tahu apa persyaratan dan mampu menerjemahkan persyaratan menjadi produk terukur atau karakteristik layanan, dan (2) perlu untuk mengukur karakteristik produk atau jasa untuk menentukan kualitas yang tinggi. Menurut Deming konsep mutu terdiri dari dua tingkat yaitumultidimensi untuk memproduksi suatu produk dan memberi jasa pelayanan sesuai harapan pelanggan untuk mencapai kepuasan pelanggan. Argumennya yang esensial adalah (1) mutu harus didefinisikan sebagai kepuasan pelanggan, (2) kualitas multidimensional di mana tidak mungkin menentukan kualitas suatu produk atau jasa hanya dengan karakteristik tunggal atau agen, dan (3) ada derajatmutu yang berbeda, karena mutu pada dasarnya disamakan dengan kepuasan pelanggan.
Menurut Feigenbaum mutu adalah produk komposit total dan layanan karakteristik pemasaran, teknik manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk dan jasa yang digunakan akan memenuhi harapan pelanggan. Poin penting Feigenbaum ini adalah bahwa (1) kualitas harus didefinisikan dalam hal kepuasan pelanggan, (2) kualitas adalah multidimensi dan harus didefinisikan secara komprehensif, dan (3) karena terjadi perubahan kebutuhan dan harapan pelanggan, maka mutu adalah dinamis.
Menurut Ishikawa mutu adalah dua tingkatandefinisi, yaitu “Kami terlibat dalam kontrol kualitas untuk memproduksi produk-produk dengan kualitas yang dapat memenuhi persyaratan konsumen.” Poin penting definisi mutu menurut Ishikawa adalah bahwa (1) kualitas setara dengan kepuasan konsumen, (2) kualitas harus didefinisikan secara komprehensif, (3) kebutuhan konsumen dan persyaratan berubah terus menerus, oleh karena itu definisi mutu juga selalu berubah, dan (4) harga suatu produk atau jasa merupakan bagian penting dari kualitas.
Menurut Juran mutu merupakan upaya simultan untuk menjadi definisi tingkatsatu dan tingkat dua. Juran mendefinisikan mutu berdasarkan makna ganda, yaitu (1) Kualitas terdiri dari fitur-fitur produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan produk, (2) Kualitas terdiri dari kebebasan dari kekurangan. Adapun poin penting dari definisi mutu menurut Juran adalah (1) definisi praktis kualitas mungkin tidak mungkin, dan (2) kualitas terkait dengan kebutuhan pelanggan, dan kemampuanmemenuhinya menunjukkan adanya kesesuaian dengan karakteristik produk yang terukur.

B.     Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat berbagai kekeliruan baik dari segi penulisan maupun pembahasan yang termuat dalam makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan masukan dan kritikan dari para peserta diskusi mata kuliah Manajemen Mutu (TQM) Pendidikan Islam I  pada program Pascasarjana STAIN Sultan Qaimuddin Kendari tahun ajaran 2014/2015, sehingga makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan kita dalam pendidikan.












DAFTAR PUSTAKA

Anon. Total Quality Management (TQM) from Quality to Excellence, Departmen of Trade and Industri.www.dti.gov.uk/quality/tqm Dikutip 22 September 2014.
British Standards Institution, Quality Systems, BS EN ISO 9002, BSI, London, 1994
Crosby,P.B, Quality is Free, New York:McGraw-Hill Book Co, 1979
Deming, W.E, Out of The Crisis: Quality Productivity and Competitive Position, Cambridge University Press, Cambridge, 1986
Feigenbaum, A.V, Total Quality Control, Third Edition, New York: McGraw-Hill Book Co, 1983
Hindle T. Guide to Management Ideas and Gurus. The Economist, 2001
Pranajaya 2012, Handout AOLI, Jakarta: Universitas Yarsi.
http://wikipedia.org, Diakses 22 September 2014.
http://shiftindonesia.com/kaoru-ishikawa-tokoh-di-balik-fishbone-diagram/Diakses 22 September 2014.

3 komentar: