PEMIKIR
MUTU: JURAN, DEMING, CROSBY, ISHIKAWA DAN FEIGENBAUN.
MAKALAH
DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN
MUTU (TQM) PENDIDIKAN ISLAM I
OLEH
KELOMPOK
III
1.
TAMRIN
PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA NEGERI
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2014
DAFTAR
ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. W
Edwards Deming........................................................................ 3
B. Joseph
Juran..................................................................................... 8
C. Philiph
B Crosby.............................................................................. 9
D. Dr.
Kaori Ishikawa........................................................................... 12
E. Dr.
Armand V.
Feigenbaum............................................................ 15
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 20
B.
Saran................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 22
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap abad mengalami pergantian dan semakin majunya ilmu
pengetahuan akan member dampak banyak terhadap manusia, ini dapat kita lihat
langsung pada era saat ini kemajuan pengetahuan akan dapat memudahkan manusia
untuk memperoleh segala hal yang menajdi keinginan mereka. Pengetahuan yang
relevan dengan pekerjaan sangat diperlukan, karena tanpa ilmu hal mustahil
pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik, terutama bagi pelaksana atau pemegang
kebijakan.
Kontribusi pendapat para cendekiawan tentang manajeman
mutu sangat bermanfaat untuk kemajuan institusi atau lembaga, terutama bagi
pengelola yang berhubungan dengan kepentingan pelanggan. Banyak hal yang yang
dapat diperoleh dari pendapat para akhli dan dapat diterapkan dalam pengelolaan
institusi atau lembaga pendidikan.
Untuk keberhasilan penerapan manajemen mutu tidak mudah,
diperlukan komitmen dan kerja sama yang baik antar bagian dari sistem. Jika
manajemen diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada dengan segala dinamika
dan fleksibilitasnya, maka akan menjadi perubahan yang cukup efektif bagi
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.
Tercapainya tujuan pendidikan pada masing-masing jenjang
sekolah dapat dilihat dari mutu lulusan, yang mencerminkan sejauh mana lulusan
sekolah tersebut memiliki kompetensi keagamaan, akademik, sosial pribadi, dan
ekonomi. Mutu lulusan dapat dicapai apabila komponen masukan, komponen proses,
yang terlibat pada seluruh layanan yang dilakukan sekolah juga bermutu.
Proses pengembangan konstruk mutu sekolah, baik yang terkait
dengan pengembangan dimensi, aspek, maupun indikator dilakukan oleh tim
peneliti dengan melibatkan para pakar terkait, praktisi, dan pemakai jasa
pendidikan di lapangan. Para pakar terdiri dari berbagai disiplin ilmu, diantaranya
pakar manajemen, manajemen mutu, manajemen pendidikan, pengukuran dan evaluasi
pendidikan, dan pakar kurikulum.
Berikut ini kami mencoba menyimpulkan pendapat tokoh
manajemen mutu W. Edwards Deming, Joseph Juran Philip Crosby, Ishikawa dan
Feigenbaum ke dalam bentuk tulisan
sebagai tugas mata kuliah Manajemen Mutu dalam Sistem Pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas maka yang
menjadi pokok permasalahan dari karya tulis ini adalah yakni “ bagaimana
pemikir mutu menurut W.
Edwards Deming, Joseph Juran Philip Crosby, Ishikawa dan Feigenbaum”.
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui bagaimana pemikir mutu W. Edwards Deming, Joseph Juran
Philip Crosby, Ishikawa dan Feigenbaum
2.
Bagaimana
pandangan atau pendapat W. Edwards Deming, Joseph Juran Philip Crosby, Ishikawa
dan Feigenbaum tentang Manajemen Mutu
3.
Untuk
mengetahui gambaran pengembangan mutu menurut W. Edwards Deming, Joseph Juran
Philip Crosby, Ishikawa dan Feigenbaum.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. W. Edwards Deming
William Edwards Deming
(14 Oktober 1900 – 20 Desember 1993) adalah seorang Amerika statistik ,
profesor , penulis , dosen , dan konsultan . Deming secara luas dikreditkan
dengan meningkatkan produksi di Amerika Serikat selama Perang Dingin , meskipun
ia mungkin paling dikenal untuk karyanya di Jepang. Sejak tahun 1950 dan
seterusnya ia mengajar manajemen puncak bagaimana memperbaiki desain (dan
layanan), kualitas produk, pengujian dan penjualan (yang terakhir melalui pasar
global) melalui berbagai cara, termasuk penerapan metode statistik.
Deming memberikan
kontribusi yang signifikan untuk kemudian reputasi’s Jepang untuk inovasi
produk berkualitas tinggi dan kekuatan ekonomi. Ia dianggap sebagai telah memiliki
dampak yang lebih pada Jepang manufaktur dan bisnis daripada individu lain
bukan dari warisan Jepang. Meskipun dianggap sesuatu pahlawan di Jepang, dia
baru mulai mendapat pengakuan luas di Amerika Serikat pada saat kematiannya.
Pada tahun 1917, ia
masuk di University of Wyoming di Laramie , lulus pada tahun 1921 dengan BSc
dalam teknik listrik . In 1925, he received an MS from the University of
Colorado , and in 1928, a Ph.D. from Yale University . Pada tahun 1925, ia
menerima MS dari University of Colorado , dan pada tahun 1928, sebuah Ph.D.
dari Universitas Yale . Both graduate degrees were in mathematics and
mathematical physics . Kedua gelar sarjana itu dalam matematika dan fisika
matematika.
Deming worked as a
mathematical physicist at the United States Department of Agriculture
(1927–39), and was a statistical adviser for the United States Census Bureau
(1939–45). Deming bekerja sebagai ahli fisika matematika di Amerika Serikat
Departemen Pertanian (1927-1939), dan merupakan penasihat statistik bagi Biro
Sensus Amerika Serikat (1939-1945). He was a professor of statistics at New
York University ‘s graduate school of business administration (1946–1993), and
he taught at Columbia University ‘s graduate School of business (1988–1993).
Dia adalah seorang profesor statistik di New York University ‘s sekolah lulusan
administrasi bisnis (1946-1993), dan ia mengajar di Universitas Columbia
lulusan s ‘Sekolah bisnis (1988-1993). He also was a consultant for private
business.
Dia juga merupakan
seorang konsultan untuk bisnis swasta.
Deming menganjurkan bahwa semua manajer harus memiliki apa yang disebut Sistem Pengetahuan yang sangat besar, yang terdiri dari empat bagian:
1. Apresiasi suatu sistem: memahami keseluruhan proses yang melibatkan pemasok, produsen, dan pelanggan (atau penerima) barang dan jasa (dijelaskan di bawah);
2. Pengetahuan variasi: kisaran dan menyebabkan variasi dalam kualitas, dan penggunaan sampling statistik dalam pengukuran; 3. Teori pengetahuan: konsep menjelaskan pengetahuan dan batas-batas dari apa yang dapat diketahui (lihat juga: epistemologi ); 4. Pengetahuan psikologi: konsep alam manusia.
Deming menganjurkan bahwa semua manajer harus memiliki apa yang disebut Sistem Pengetahuan yang sangat besar, yang terdiri dari empat bagian:
1. Apresiasi suatu sistem: memahami keseluruhan proses yang melibatkan pemasok, produsen, dan pelanggan (atau penerima) barang dan jasa (dijelaskan di bawah);
2. Pengetahuan variasi: kisaran dan menyebabkan variasi dalam kualitas, dan penggunaan sampling statistik dalam pengukuran; 3. Teori pengetahuan: konsep menjelaskan pengetahuan dan batas-batas dari apa yang dapat diketahui (lihat juga: epistemologi ); 4. Pengetahuan psikologi: konsep alam manusia.
Deming menjelaskan,
“Orang tidak perlu menjadi unggulan di setiap bagian atau di keempat bagian
dalam rangka memahami dan menerapkannya. Ke-14 poin untuk manajemen dalam
industri, pendidikan, dan pemerintah mengikuti secara alami sebagai penerapan
pengetahuan di luar, untuk transformasi dari gaya kini manajemen Barat ke salah
satu optimasi. “Segmen berbagai sistem pengetahuan yang mendalam yang diusulkan
di sini tidak dapat dipisahkan Mereka berinteraksi satu sama lain.. Dengan
demikian, pengetahuan psikologi tidak lengkap tanpa pengetahuan variasi.
Seorang manajer orang
perlu memahami bahwa semua orang berbeda Ini bukan orang peringkat.. Dia perlu
memahami bahwa kinerja sebagian besar ada yang diatur oleh sistem yang ia
bekerja, tanggung jawab manajemen. Penghargaan sistem melibatkan pemahaman
bagaimana interaksi (yaitu, umpan balik) antara unsur-unsur sistem dapat
mengakibatkan pembatasan internal yang memaksa sistem untuk berperilaku sebagai
organisme tunggal yang secara otomatis mencari suatu kondisi mapan. Ini adalah
kondisi mapan yang menentukan output dari sistem dan bukan pada elemen
individu. Jadi, struktur organisasi daripada karyawan, sendirian, yang memegang
kunci untuk meningkatkan mutu produksi.
Pengetahuan variasi
melibatkan pemahaman bahwa segala sesuatu diukur terdiri dari kedua variasi
normal karena fleksibilitas sistem dan dari sebab khusus yang menciptakan
cacat. Kualitas berarti mengakui perbedaan untuk menghilangkan sebab khusus
sementara mengontrol variasi normal. Deming mengajarkan bahwa membuat perubahan
dalam merespon variasi normal hanya akan membuat sistem melakukan lebih buruk.
Memahami variasi termasuk kepastian matematis bahwa variasi biasanya akan
terjadi dalam waktu enam standar deviasi mean.
Berbicara
masalah mutu ada lima tokoh mutu, yaitu W. Edwards Deming, Joseph Juran dan
Philip B. Crosby. Ketiganya berkonsentrasi pada mutu dalam industri produksi,
meskipun demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa.
Memang tidak satupun dari mereka yang memberikan pertimbangan tentang isu-isu
mutu dalam pendidikan. Walaupun demikian mereka tetap memberikan kontribusi
yang begitu besar terhadap gerakan mutu.
Filsafat
Mutu Deming
Dalam buku
yang berjudul Out of the Crisis, W.
Edwards Deming mengemukakan “Ini bukanlah sebuah rekonstruksi struktur atau
revisi kerja … Manajemen Amerika memerlukan struktur baru secara keseluruhan,
dari dasar hingga ke atas.” Deming prihatin terhadap kegagalan manajemen
Amerika dalam merencanakan masa depan dan meramalkan persoalan yang belum
muncul. Sehingga Deming menyimpulkan bahwa masalah mutu terletak pada masalah
manajemen.
Menurut
Deming ada 14 prinsip yang harus dilakukan untuk mencapai suatu mutu dari
produk/jasa, yaitu:
1. Tumbuhkan
terus menerus tekad yang kuat dan perlunya rencana jangka panjang berdasarkan
visi ke depan dan inovasi baru untuk meraih mutu.
2. Adopsi
filosofi yang baru. Termasuk didalamnya adalah cara-cara atau metode baru dalam
bekerja.
3. Hentikan
ketergantungan pada pengawasan jika ingin meraih mutu. Setiap orang yang
terlibat karena sudah bertekat menciptakan mutu hasil produk/jasanya, ada atau
tidak ada pengawasan haruslah selalu menjaga mutu kinerja masing-masing.
4. Hentikan
hubungan kerja yang hanya atas dasar harga. Harga harus selalu terkait dengan
nilai kualitas produk atau jasa.
5. Selamanya
harus dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap kualitas dan produktivitas dalam
setiap kegiatan.
6. Lembagakan
pelatihan sambil bekerja (on the job training), karena pelatihan adalah alat yang
dahsyat untuk pengembangan kualitas kerja untuk semua tingkatan dalam unsure
lembaga.
7. Lembagakan
kepemimpinan yang membantu setiap orang untuk dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik misalnya,; membina, memfasilitasi, membantu mengatasi kendala, dll.
8. Hilangkan
sumber-sumber penghalang komunikasi antar bagian dan antar individu dalam
lembaga.
9. Hilangkan
sumber-sumber yang menyebabkan orang merasa takut dalam organisasi agar mereka
dapat bekerja secara efektif dan efisien.
10. Hilangkan
slogan-slogan dan keharusan-keharusan kepada staf. Hal seperti itu biasanya
hanya akan menimbulkan hubungan yang tidak baik antara atasan dan bawahan; atau
lebih jauh akan menjadi penyebab rendahnya mutu dan produktivitas pada sistem
organisasi; bawahan hanya bekerja sekedar memenuhi keharusan saja.Hilangkan
kuota atau target-target kuantitatif belaka. Bekerja dengan menekankan pada
target kuantitatif sering melupakan kualitas.
11. Singkirkan
penghalang yang merebut/merampas hak para pimpinan dan pelaksana untuk bangga
dengan hasil kerjanya masing-masing.
12. Lembagakan
program pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan diri bagi semua orang dalam
lembga. Setiap orang harus sadar bahwa sebagai professional harus selalu
meningkatkan kemampuan dirinya, dan
13. Libatkan
semua orang dalam lembaga ikut dalam proses transformasi menuju peningkatan
mutu. Ciptakan struktur yang memungkinkan semua orang bisa ikut serta dalam
usaha memperbaiki mutu produk/jasa yang diusahakan.
14 poin
diatas merupakan intisari dari teori manajemennya, sementara ‘tujuh penyakit
mematikan’, yang maksudnya adalah konsep tentang kendala bagi perbaikan mutu. Dari
konsep ‘tujuh penyakit mematikan’ atau kendala-kendala corak baru manajemen
yang sebagian besar didasarkan pada kultur industri Amerika, ada lima penyakit
yang signifikan dalam konteks pendidikan. Karena lima fakta tersebut dapat
digunakan dalam menganalisa hal-hal yang mencegah munculnya pemikiran baru.
Penyakit pertama adalah kurang konstannya tujuan. Penyakit kedua yaitu pola
piker jangka pendek. Penyakit yang ketiga yaitu berkaitan dengan evaluasi
prestasi individu melalui proses penilaian atau tinjauan kerja tahunan.
Penyakit keempat adalah rotasi kerja yang terlalu tinggi. Dan penyakit yang
kelima menurut Deming adalah manajemen yang menggunakan prinsip angka yang
tampak.
Kegagalan
Mutu
Apabila
memperhatikan secara seksama, suatu kegagalan mutu pasti ada sebab-sebabnya,
maka kita harus memahami sebab-sebabnya. Deming membedakan sebab-sebab
kegagalan menjadi dua bentuk yaitu umum dan khusus.
Sebab-sebab
umum adalah sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan sistem. Masalah sistem
ini merupakan masalah internal proses institusi. Masalah-masalah tersebut hanya
bisa diatasi jika sistem, proses dan prosedur institusi tersebut dirubah. Dalam
pendidikan. sebab-sebab rendahnya mutu
pendidikan bisa disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum
yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk,
sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampang, sumberdaya
yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai.Kesalahan yang sering
kali terjadi dalam dunia pendidikan adalah kurangnya penelitian dan analisa
terhadap sebab-sebab rendahnya tingkat pencapaian tujuan, serta belum
terwujudnya penelitian dan analisis tersebut sebagai subyek aksi manajerial.
Sementara
sebab-sebab khusus melahirkan variasi-variasi yang non-acak di dalam sistem dan
merupakan sebab-sebab eksternal. Sebab-sebab khusus kegagalan, sering
diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun
kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau
kesalah-pahaman.. Jika sebuah masalah disebabkan oleh sebab-sebab khusus, maka
masalah tersebut bisa diatasi dengan tanpa mengganti kebijakan atau mendesain kembali
sistem. Banyak masalah khusus dalam pendidikan muncul dari sejumlah kecil
individu yang kurang memiliki motivasi atau ketrampilan untuk menjadi seorang
guru yang efektif. Hanya manajemen yang memiliki otoritas untuk menemukan
solusi yang tepat dalam masalah ini.
Peran
Manajer dalam Menangani Kegagalan
Implikasi
perbedaan antara sebab-sebab umum dan khusus sangat penting bagi manajer.
Sebagia besar masalah sedemikian disebabkan oleh manajemen yang lemah atau
tidak mencukupi.
Mengetahui
sebab kegagalan mutu dan memperbaikinya adalah tugas kunci seorang manajer.
Dalam kasus seperti ini, mereka berubah menjadi frustasi ketika usaha mereka
gagal. Pembedaan sederhana namun penting yang dilakukan Deming, melahirkan
wawasan yang cerdas dalam mengatasi kegagalan mutu. Di dalam literature TQM,
disebutkan bahwa pengembangan mutu yang berhasil membutuhkan komitmen abadi
pihak manajemen. TQM juga menegaskan bahwa komitmen bukan sekedar mendorong
usaha orang lain. Dalam istilah praktisnya, komitmen adalah kesadaran manajemen
bahwa mereka adalah pihak yang bertanggungjawab untuk menemukan solusi bagi
sebuah kesalahan.
B. Joseph Juran
Selain W.
Edwards Deming ada juga tokoh mutu yang lainnya seperti Joseph Juran. Dia
adalah seorang pelopor revolusi mutu di Jepang. Dia adalah penulis dan editor
sejumlah buku di antaranya, Juran’s
Quality Control Handbook, Juran on Planning for Quality,dan Juran on Leadership for Quality. Dia
terkenal dengan ide nya, yaitu ‘kesesuaian dengan tujuan dan manfaat’. Ide ini
menunjukkan bahwa produk atau jasa yang sudah dihasilkan mungkin sudah memenuhi
spesifikasinya, namun belum tentu sesuai dengan tujuannya.
Juran adalah
seorang guru manajemen pertama dalam menghadapi isu-isu manajemen mutu yang
lebih luas. Dia yakin, seperti Deming, bahwa kebanyakan masalah mutu dapat
dikembalikan pada masalah keputusan manajemen. Dengan demikian, menurut dia, 85
persen masalah merupakan tanggungjawab manajemen, karena mereka memiliki 85 persen
control terhadap system organisasi.
Juran telah
mengembangkan sebuah pendekatan yang disebut Manajemen Mutu Strategis (SQM)
untuk membantu manajer dalam merencanakan. SQM adalah sebuah proses tiga-bagian
yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda yang memberi kontribusi unik
terhadap peningkatan mutu.
Juran
Institue, yang memberikan konsultasi berdasarkan prinsip-prinsip Juran,
menganjurkan penggunaan sebuah pendekatan tahap demi tahap untuk menyelesaikan
masalah dalam meningkatkan mutu. Peningkatan mutu hanya akan berarti ketika
diaplikasikan secara praktis, dan aplikasi tersebut merupakan variasi dari
tahap itu sendiri. Juran pernah mengatakan bahwa, ’Semua bentuk peningkatan
mutu harus dilakukan dengan cara tahap demi tahap dan tidak dengan cara lain’.
C. Philip B.
Crosby
Selain W.
Edwards Deming dan Joseph Juran ada juga tokoh mutu yang lainnya Philip B.
Crosby. Philip B. Crosby selalu diasosiasikan dengan dua ide yang sangat
menarik dan sangat kuat dalam mutu. Ide yang pertama adalah ide bahwa mutu itu gratis dan yang
kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu,
serta semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan jika institusi
memiliki kemauan untuk ini. Ini adalah gagasan ‘tanpa cacat’ yang kontroversial.
Kedua ide tersebut sangat menarik jika diterapkan dalam dunia pendidikan.
Dua ide Philip Crosby yang sangat menarik dan kuat dalam
mutu. Yang pertama adalah bahwa mutu adalah gratis. Terlalu banyak pemborosan
dalam sistem saat mengupayakan mutu. Yang kedua adalah ide bahwa kesalahan,
kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu serta semua hal yang tidak bermutu
lainnya bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan itu. Ini adalah
gagasan tanpa cacat yang kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika
diterapkan dalam dunia pendidikan. Gagasan bahwa peningkatan mutu dapat
membantu organisasi menghilangkan kegagalan, khususnya kegagalan pelajar yang
seringkali diabaikan oleh sebagian besar institusi.
Program peningkatan mutu Philip Crosby adalah salah satu
dari bimbingan atau arahan yang paling detail dan praktis, lain halnya dengan
W. Edwards Deming yang cendrung lebih filosofis. Pendekatan Philip
Crosby dapat diterapkan sebagai rencana kegiatan yang sangat praktis.
Philip Crosby berperdapat bahwa sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan mutu
akan menghasilkan mutu yang lebih baik. Penghematan sebuah institusi akan
datang dengan sendirinya ketika institusi tersebut melakukan segala
sesuatunya dengan benar. Pemikiran lain Philip Crosby yang utama dan
kontroversial tentang mutu adalah tanpa cacat dalam konteks bisnis akan
meningkatkan keuntungan dan dengan penghematan biaya.
Philip B.
Crosby telah berusaha keras menekankan bahwa ‘tanpa cacat’ adalah sebuah hal
yang dapat diwujudkan, meskipun memang sulit. Program peningkatan mutu Crosby
adalah salah satu dari bimbingan atau arahan yang paling detail dan praktis.
Tidak seperti pendekatan Deming yang cenderung lebih filosofis, pendekatan
Crosby dapat diterapkan sebagai rencana kegiatan. Dalam bukunya, yang berjudul Quality Is Free, Crosby menguraikan
pendapatnya bahwa sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan mutu akan
menghasilkan mutu yang baik. Penghematan sebuah institusi akan datang dengan
sendirinya ketika institusi tersebut melakukan segala sesuatunya dengan benar.
Tanpa cacat
adalah kontribusi pemikiran Crosby yang utama dan controversial tentang mutu.
Ide ini adalah sebuah ide yang sangat kuat. Ide ini adalah komitmen untuk
selalu sukses dan menghilangkan kegagalan. Bagi dia hanya ada satu standar, dan
itu adalah kesempurnaan. Gagasannya adalah pencegahan murni, dan ia yakin bahwa
kerja tanpa salah adalah hal yang sangat mungkin. Teoritikus lain seperti Deming dan Juran
tidak percaya jika hal tersebut merupakan tujuan yang mudah. Mereka berpendapat
bahwa semakin dekat seseorang dengan ‘tanpa cacat’, maka akan semakin sulit ia
menghilangkan kesalahan seperti yang dikemukan oleh Juran bahwa titik tertentu
tahap penyesuaian diri adalah tahap yang dibutuhkan.
Dalam dunia
pendidikan metode tanpa cacat menginginkan agar seluruh pelajar dan murid dapat
memperoleh kesuksesan dan mengembangkan potensi mereka. Tugas peningkatan mutu
dalam pendidikan adalah membangun system dan struktur yang menjamin terwujudnya
metode tersebut, memang ada banyak pihak yang menentang metode tanpa cacat,
terutama sekali ujian normative yang memustahilkan tujuan metode tersebut, dan
di samping itu, muncul pandangan bahwa standard-standar metode tanpa cacat
hanya bisa diperoleh setelah melalui tingkat kegagalan yang tinggi
Cara untuk
mencapai mutu dari produk atau jasa,
menurut Crosby ada 14 langkah, meliputi:
1. Komitmen
pada pimpinan. Inisiatif pencapaian mutu pada umumnya oleh pimpinan dan
dikomunikasikan sebagai kebijakan secara jelas dan dimengerti oleh seluruh
unsure pelaksana lembaga.
2. Bentuk tim
perbaikan mutu yang bertugas merumuskan dan mengendalikan program peningkatan
mutu.
3. Buatlah
pengukuran mutu, dengan cara tentukan baseline data saat program peningkatan
mutu dimulai, dan tentukan standar mutu yang diinginkankan sebagai patokan.
Dalam penentuan standard mutu libatkanlah pelanggan agar dapat diketahui
harapan dan kebutuhan mereka.
4. Menghitung
biaya mutu. Setiap mutu dari suatu produk/jasa dihitung termasuk didalamnya
antara lain: kalau terjadi pengulangan pekerjaan jika terjadi kesalahan,
inspeksi/supervise, dan test/percobaan.
5. Membangkitkan
kedaran akan mutu bagi setiap orang yang terlibat dalam proses produksi/jasa
dalam lembaga.
6. Melakukan
tindakan perbaikan. Untuk ini perlu metodologi yang sistematis agar tindakan
yang dilakukannya cocok dengan penyelesaian masalag yang dihadapi, dan
karenanya perlu dibuat suatu seri tugas-tugas tim dalam agenda yang cermat.
Selama pelaksanaan sebaiknya dilakukan pertemuan regular agar didapat feed back
dari mereka.
7. Lakukan
perencanaan kerja tanpa cacat (zero defect planning) dari pimpinan sampai pada
seluruh staf pelaksana.
8. Adakan
pelatihan pada tingkat pimpinan (supervisor training) untuk mengetahui peranan
mereka masing-masing dalam proses pencapaian mutu, teristimewa bagi pimpinan
tingkat menengah. Lebih lanjut juga bagi pimpinan tingkat bawah dan
pelaksananya.
9. Adakan hari
tanpa cacat, untuk menciptakan komitmen dan kesadaran tentang pentingnya
pengembangan staf.
10. Goal
setting. Setiap tim/bagian merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan tepat dan
harus dapat diukur keberhasilannya.
11. Berusaha
menghilangkan penyebab kesalahan. Ini berarti sekaligus melakukan usaha
perbaikan. Salah satu dari usaha ini adalah adanya kesempatan staf
mengkomunikasikan kepada atasannya mana diantara pekerjaannya yang sulit
dilakukan.
12. Harus ada
pengakuan atas prestasi bukan berupa uang tapi misalnya penghargaan atau
sertifikat dan lainnya sejenis.
13. Bentuk suatu
Komisi Mutu, yang secara profesional akan merencanakan usaha-usaha perbaikan
mutu dan menoneter secara berkelanjutan.
14. Lakukan
berulangkali, karena program mencapai mutu tak pernah akan berakhir.
D. Dr. Kaoru Ishikawa
Lahir di Tokyo pada tahun 1915, Kaoru Ishikawa merupakan anak
tertua dari Ichiro Ishikawa. Ia lulus dari Universitas Tokyo pada tahun 1939
dan meraih gelar sarjana teknik di bidang kimia terapan. Setelah lulus,
Ishikawa bekerja sebagai staf teknis kelautan hingga 1941, sebelum pindah
pekerjaan ke perusahaan Nissan Liquid Fuel hingga 1947. Ishikawa yang
mempioneri quality management process di Kawasaki shipyards, dikenal
sebagai salah satu pencetus konsep manajemen modern.
Pada 1949, Ishikawa bergabung dengan Japanese Union of
Scientists and Engineers atau JUSE, sebuah kelompok yang fokus di bidang
kontrol kualitas. Setelah Perang Dunia II usai, Jepang berinisiatif membangun
kembali negaranya dan melakukan transformasi di sektor industri. Ishikawa turut
ambil bagian dalam inisiatif ini; kemampuannya mendorong massa untuk mewujudkan
target bersama yang spesifik adalah salah satu sumbangan terbesar dalam quality-movement
di Jepang. Ia menerjemahkan, menerapkan dan mengembangkan konsep manajemen W.
Edwards Deming dan Joseph M. Juran kedalam sistem industri Jepang.
Ketertarikannya pada bidang pendidikan membuat Kaoru Ishikawa
terjun ke dunia akademis sebagai profesor paruh waktu di Universitas Tokyo.
Perjalanan karir akademis akhirnya membawanya ke puncak kepemimpinan Musashi
Institute of Technology pada tahun 1978.
Setelah menjadi dosen tetap di Universitas Tokyo pada 1960,
Ishikawa memperkenalkan konsep quality circles (1962) dalam konjungsinya dengan
JUSE. Konsep ini lahir dari sebuah eksperimen untuk menelifi efek “leading
hand” atau Gemba-cho terhadap kualitas. Banyak perusahaan yang
diundang untuk mencoba quality circles ini, namun hanya satu yang
menerima, yaitu Nippon Telephone & Telegraph. Nyatanya, konsep quality
circles segera menjadi sangat populer dan membentuk hubungan penting kepada
sistem Total Quality Management.
TQM, yang merupakan singkatan dari Total Quality
Management merupakan filosofi layanan yang berpaku kepada kepuasan
pengguna dan perbaikan layanan yang berkesinambungan (Wheelan, Hunger 318 in
Wallach, Darren 1). Dalam bahasa Indonesia, TQM dapat juga disebut sebagai
Pengelolaan Mutu Total atau PMT. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya,
fokus dari PMT adalah klien, konsumen, pembeli. Apapun itu namanya, merupakan
bagian terpenting dari organisasi, terutama yang bergerak dalam bidang
pelayanan/jasa.
Beberapa komponen utama yang menyusun PMT, seperti yang
dipaparkan oleh Wallach 2011 adalah:
- Variabel kualitas yang lebih baik;
- Memberikan tanggapan yang cepat;
- Fleksibilitas dalam menghadapi pengguna;
- Biaya yang minim untuk peningkatan kualitas dan kerja lainnya.
Dari keseluruhan teori yang dikemukakan oleh banyak pemikir,
semuanya memiliki kesamaan tujuan. Yang menjadi perbedaannya adalah bagaimana
proses untuk mencapai tujuan tesebut. Dari salah satu banyak teori yang
dikemukakan, salah satunya adalah teori atau metoda yang dikemukakan oleh Dr.
Kauro Ishikawa.
Dr. Kauro Ishikawa merupakan pencetus dari konsep/teori
Lingkaran Kualitas (Quality Circle) dan Diagram Sebab-Akibat atau juga
dikenal dengan Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) atau Diagram
Ishikawa (Ishikawa Diagram).
Dr. Kauro Ishikawa lahir di Tokyo pada tanggal 13 Juli 1915
dan lulus dari Universitas Tokyo dari Universitas Tokyo dari Jurusan Teknik.
Tak lama setelah lulus, Dr. Kauro Ishikawa mendaftar ke Angkatan Laut Jepang
dan menjadi perwira. Namun, pada tahun 1941 beliau keluar dari Angkatan Laut.
Lalu, bagaimana Ishikawa mampu mengeluarkan teori-teori
tentang PMT yang akhirnya melegenda tersebut? Setelah keluar dari Angkatan
Laut, pada tahun 1943, Ishikawa mendesain Diagram Sebab-Akibat (Diagram Tulang
Ikan) bagi Kawasaki Steel Works. Lalu pada akhirnya, di tahun 1949,
Ishikawa begabung dengan JUSE (Japanese Union of Scientists and
Engineerings) yang notabene merupakan kelompok penelitian pengawasan
kualitas, karena pada saat itu, industri Jepang memproduksi barang murah dengan
kualitas yang rendah. Ishikawa mempunyai tujuan untuk merubah itu semua.
1962, Ishikawa mengembangkan Quality Circles,
di mana sekumpulan orang belajar untuk mengidentifikasi masalah lalu memberikan
solusi atas masalah tersebut. Solusi yang diberikan selanjutnya kaan dipresentasikan
kepada manajemen tingkat atas dari suatu organisasi. Kontribusi Ishikawa yang
juga tak kalah pentingnya adalah menyempurnakan model PDCA (Plan Do Check
Act) yang dikembangkan oleh Edward Deming, penemu konsep PMT. Ishikawa
mengkolaborasikannya menjadi rencana enam langkah:
- Tentukan target dan tujuan;
- Tentukan metoda pencapaian;
- Lakukan sosialisasi melalui pelatihan;
- Terapkan pekerjaan;
- Lakukan pemeriksaan dari implementasi yang berjalan;
- Lakukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Quality Circles yang dikembangkan oleh Ishikawa,
seringkali menggunakan metode ini untuk memberikan solusi dari suatu
permasalahan dan pertama kali menggunakan metode ini awal tahun 60-an. Mereka
juga menggunakan salah satu metoda yang paling terkenal, yang didesain
oleh Ishikawa, Diagram Sebab-Akibat (Diagram Tulang Ikan). Diagram ini
diilustrasikan sebagai alat untuk memecahkan masalah.
Menggunakan diagram ini, letakkan permasalahan pada bagian
tulang utama yang mengarah ke kepala ikan. Lalu letakkan masalah-masalah
potensial pada tulang-tulang kecil yang menjadi bagian dari tulang utama.
Kategori umum untuk masalah potensial tersebut adalah:
- Material
- Mesin
- Pengukuran
- Orang
- Metoda
Berikut adalah
gambarnya, berdasarkan kategori umum tersebut:
Saat ini, berkat sumbangan pengetahuan dari Ishikawa, Jepang
telah menajdi salah satu raksasa industri yang mampu mengantarkan barang-barang
berkualitas. Prinsip-prinsip yang dimunculkan oleh Ishikawa dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan jangka panjang agar perusahaan dapat meminimalisir pengeluaran
serta memberikan mereka kualitas tinggi atas hasil kerjanya.
E.
Dr. Armand V. Feigenbaum
Menurut Feigenbaum mutu adalah produk komposit total dan
layanan karakteristik pemasaran, teknik manufaktur, dan pemeliharaan di mana
produk dan jasa yang digunakan akan memenuhi harapan pelanggan. Poin penting
Feigenbaum ini adalah bahwa (1) kualitas harus didefinisikan dalam hal kepuasan
pelanggan, (2) kualitas adalah multidimensi dan harus didefinisikan secara
komprehensif, dan (3) karena terjadi perubahan kebutuhan dan harapan pelanggan,
maka mutu adalah dinamis.
Dari
pendapat Feingenbaum menjelaskan bahwa Mutu produk dan jasa adalah seluruh
gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari pemasaran, engineering,
manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk atau jasa pelayanan dalam
penggunaannya akan bertemu dengan harapan pelanggan. Pelanggan adalah bagian
utama dalam pengembangan produk, sebuah produk akan memiliki tingkat mutu
kualitas yang baik apabila pelanggan memiliki kepuasan dari produk yang mereka
gunakan.
Dr. Armand V. Feigenbaum
mengemukakan kualitas produk dan jasa ialah adalah seluruh gabungan
sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari pemasaran, engineering, manufaktur,
dan pemeliharaan di mana produk atau jasa pelayanan dalam penggunaannya akan
bertemu sesuai harapan pelanggan
Tokoh Armand Feigenbaum dilahirkan pada tahun
1920 dan beliau berasal dari negara Amerika Syarikat. Beliau telah menperolehi
ijazah sarjanamuda dari Union College di Schenectady, New York dan seterusnya,
beliau telah melanjutkan pelajarannya dalam master's
degree dan kemudian, mendapat Ph.D. di Massachusetts Institute of Technology. Begitu juga, Feigenbaum
merupakan seorang peniaga dan beliau pandai dalam urusan kawalan kualiti. Dalam
tempoh tahun 1958 hingga tahun 1968, beliau pernah memegang jawatan sebagai
Pengarah Operasi Pengeluaran (Director of Manufacturing Operations) di Syarikat
General Electric dan beliau juga dikenali sebagai seorang pakar kualiti utama
di syarikat tersebut. Menurut pandangan beliau, pencapaian kualiti adalah hasil
dari "total orchestration of all
inputs" dan kualiti bukanlah
hanya beberapa peralatan atau teknik sahaja tetapi ia adalah merangkumi semua
aspek dalamnya. Dengan mengintegrasikan perancangan, perlaksanaan dan penilaian
proses, beliau dapat berjaya mencapai tahap kualiti yang lebih tinggi. Pada
masa itu, beliau sedar bahawa aspek-aspek lain dalam syarikat tersebut juga
turut berubah menjadi semakin baik apabila dia berjaya membaiki satu proses
dalam Syarikat General Electric.
Sumbangan beliau tidak hanya terhad dalam
Syarikat General Electric sahaja kerana sebenarnya beliau juga menjadi Presiden
di American
Society for Quality (ASQ) dalam lingkungan tahun 1961 hingga tahun 1963. Dalam
tempoh masa tersebut, beliau menulis dan menerbitkan beberapa buah buku di mana
salah sebuah buku yang telah diterbitkan olehnya dikenali sebagai "Total
Quality Control". Mengikut Feigenbaum, "Total Quality Control"
merupakan suatu sistem yang efektif di mana ia mengintegrasikan pembangunan kualiti,
penyelenggaraan kualiti dan
usaha-usaha dalam penambahbaikan kualiti daripada kumpulan-kumpulan yang
berlainan di dalam sesebuah organisasi untuk memastikan dan membolehkan
pengeluaran pemasaran, pembuatan dan perkhidmatan organisasi tersebut mencapai
tahap yang paling ekonomikal supaya dapat memenuhi kehendak dan kepuasan
pelanggan pada masa yang sama. Dia juga mempersoalkan penggunaan teknik
persampelan dan pemeriksaan untuk menjamin kualiti.
Selain itu, Feigenbaum merupakan pengasas
kepada pengarah "International Academy for Quality". Beliau menjadi
penerima pertama yang mendapat anugerah "ASQ's Lancaster Award", di
mana anugerah ini ditubuhkan bertujuan untuk mengiktiraf kepimpinan istimewa
dalam perkembangan dan pembangunan kualiti di peringkat antarabangsa. Anugerah tersebut
telah mengiktirafkan sumbangan beliau yang luar biasa dalam bidang ini demi
mencapai kerjasama antarabangsa dalam kawalan kualiti melalui usaha
pembangunan, pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya ke seluruh dunia,
serta juga untuk mengiktiraf kepimpinan
beliau dalam "International Academy for Quality".
Dalam pengiktirafan sumbangan Feigenbaum
sebagai "pencipta dan pelaksana dalam asas kawalan kualiti moden",
beliau telah dianugerahi ASQ's Edwards Medal pada tahun 1965. Pada masa yang
sama, beliau juga menerima anugerah National Security Industrial Association
Award of Merit atas kepimpinan beliau dalam mempertahankan negaranya.
Anugerah-anugerah yang diperolehi telah menjadi pengiktirafan yang terbaik bagi
sumbangan beliau yang dicurahkan. Seterusnya, beliau pernah menjadi ahli kepada
Advisory Group of the United State Army, pengerusi kepada Army Material
Command, dan pakar runding kepada Industrial College of the Armed Forces.
Pada tahun 1968, Armand Feigenbaum telah
mengasaskan Syarikat General System yang berada di Pittsfield, Massachusset, di
mana Syarikat General System merupakan sebuah firma kejuruteraan yang mereka dan memasang sistem
operasian bagi syarikat-syarikat di Amerika Syarikat, Europah dan Latin
Amerika. Beliau telah menyumbangkan masa dan semangatnya yang banyak di luar
negara dalam pengabungan dengan kerja tersebut. Akhirnya, beliau berjaya
menjadi pemandu dalam bidang kawalan kualiti dan pengurusan kualiti di
peringkat pandangan antarabangsa. Feigenbaum mengkatakan bahawa " The belief that quality travels under an
exclusive foreign passport is a myth."
Berdasarkan kepada pandangan Feigenbaum
bahawa mana-mana syarikat yang mengamalkan kualiti menyeluruh (Total Quality
Management) sebenarnya akan menetapkan kualiti standard antarabangsa dalam
industri masing-masing. Sumbangan beliau terhadap gerakan kualiti iaitu beliau
berjaya mengalihkan perhatian para pemimpin korporat kepada keperluan
menggunakan pendekatan "cost of conformance" dalam melaksanakan
program kualiti. Feigenbaum diiktiraf sebagai seorang pengubah dalam
bidang pengurusan kos kualiti (Quality
Costs Management). Beliau merupakan pemula yang mengambarkan sifat-sifat kos
kualiti sebagai kos pencegahan, kos penilaian, kos gagalan/ kerosakan dalaman
dan luaran. Kos pencegahan termasuk kos-kos dalam perancangan kualiti dan
kos-kos lain yang berkaitan dengan pencegahan "non-comformance" dan
kerosakan. Kos penilaian pula merujuk kepada kos yang dikenakan dalam
menilaikan kualiti produk. Kos gagalan/ kerosakan dalaman adalah kos-kos yang
dilibatkan atas sebab material dan produk yang rosak dan
"non-comformance" yang
tidak memenuhi spesifikasi kualiti organisasi. Manakala, kos gagalan luaran
pula kos-kos yang dilibatkan disebabkan
oleh produk yang rosak apabila sampai kepada pelanggan, misalnya kos aduan dan
kos kehilangan pasaran.
Begitu juga, Feigenbaum dikenali dengan
konsep beliau, iaitu "Hidden Plant". Mengikut konsep tersebut, setiap
kilang akan menghadapi pembaziran dalam sebahagian kapasiti pengeluarannya.
Dengan itu, beliau telah menilai bahawa 40% daripada kapasiti dalam sesebuah
kilang akan dibazirkan. Faktor-faktor yang memberi kesan kepada kualiti dapat
dibahagikan kepada dua, iaitu faktor teknologi dan faktor manusia. Tetapi,
Feigenbaum berpendapat bahawa faktor manusia dianggap lebih penting di antara
kedua-dua faktor tersebut.
Mengikut analisa
Feigenbaum, manusia biasanya digerakkan oleh pembaikan sistem yang ada. Dalam
hal ini kejayaan dalam membaiki sesuatu aspek sengaja dihebahkan kerana
Feigenbaum cuba membina persekitaran di mana anggota kerja dapat belajar dari
pengalaman mereka sendiri. Ideanya telah membawa kepada pembentukan
cross-funtional teamwork dan persekitaran kerja yang terbuka. Beliau percaya
bahawa pelanggannya sebenarnya yang mendefinisikan kualiti dan bukanlah yang
didefinisikan oleh organisasi tersebut. Walaubagaimanapun, pendapat beliau
tidak dipersetujui oleh Deming yang berpendapat bahawa organisasi yang cuba
memahami keperluan dapat meramalkan keperluan pelanggan pada masa depan.
Dalam pengawalan
kualiti, terdapat empat langkah utama yang perlu ditepati. Langkah pertama
adalah dengan menetapkan piawaian kualiti, dan kenudiannya perlu menilai
perlaksanaan dan prestasi berdasarkan piawaian tersebut. Langkah ketiga adalah
bertindak apabila prestasi lebih baik daripada piawaian dan seterusnya, membuat
perancangan untuk membaiki piawaian tersebut. Pengawalan kualiti meliputi semua
peringkat proses pengeluaran industri, di mana ia bermula dengan spesifikasi
dan jualan kepada pelanggan, melalui rekabentuk, pembuatan dan sehingga proses
penghantaran dan khidmat diberi selepas jualan.
Berbagai
pencapaian Feigenbaum dan anugerah-anugerah yang diberi kepada beliau telah
menunjukkan dan mengiktirafkan sumbangan beliau yang diberi dalam pembangunan
dan perkembangan kualiti sepanjang masa ini. Tambahan pula, pengetahuan dan
pengalaman beliau yang berkenaan dengan kualiti telah banyak mempengaruhi
pengurusan dan pengoperasian organisasi-organisasi dalam pasaran yang sengit di
dunia dari masa dahulu hingga sekarang.
BAB III
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
Menurut Crosby mutu adalah sesuai dengan persyaratan, yang
merupakan satu tingkat untukformulasi. Hal yang ditekankan Crosby dalam
definisi mutu adalah bahwa (1) seseorang harus tahu apa persyaratan dan mampu
menerjemahkan persyaratan menjadi produk terukur atau karakteristik layanan,
dan (2) perlu untuk mengukur karakteristik produk atau jasa untuk menentukan
kualitas yang tinggi. Menurut Deming konsep mutu terdiri dari dua tingkat yaitumultidimensi
untuk memproduksi suatu produk dan memberi jasa pelayanan sesuai harapan
pelanggan untuk mencapai kepuasan pelanggan. Argumennya yang esensial adalah
(1) mutu harus didefinisikan sebagai kepuasan pelanggan, (2) kualitas
multidimensional di mana tidak mungkin menentukan kualitas suatu produk atau
jasa hanya dengan karakteristik tunggal atau agen, dan (3) ada derajatmutu yang
berbeda, karena mutu pada dasarnya disamakan dengan kepuasan pelanggan.
Menurut Feigenbaum mutu adalah produk komposit total dan
layanan karakteristik pemasaran, teknik manufaktur, dan pemeliharaan di mana
produk dan jasa yang digunakan akan memenuhi harapan pelanggan. Poin penting
Feigenbaum ini adalah bahwa (1) kualitas harus didefinisikan dalam hal kepuasan
pelanggan, (2) kualitas adalah multidimensi dan harus didefinisikan secara
komprehensif, dan (3) karena terjadi perubahan kebutuhan dan harapan pelanggan,
maka mutu adalah dinamis.
Menurut Ishikawa mutu adalah dua tingkatandefinisi, yaitu
“Kami terlibat dalam kontrol kualitas untuk memproduksi produk-produk dengan
kualitas yang dapat memenuhi persyaratan konsumen.” Poin penting definisi mutu
menurut Ishikawa adalah bahwa (1) kualitas setara dengan kepuasan konsumen, (2)
kualitas harus didefinisikan secara komprehensif, (3) kebutuhan konsumen dan
persyaratan berubah terus menerus, oleh karena itu definisi mutu juga selalu
berubah, dan (4) harga suatu produk atau jasa merupakan bagian penting dari
kualitas.
Menurut Juran mutu merupakan upaya simultan untuk menjadi
definisi tingkatsatu dan tingkat dua. Juran mendefinisikan mutu berdasarkan
makna ganda, yaitu (1) Kualitas terdiri dari fitur-fitur produk yang memenuhi
kebutuhan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan produk, (2)
Kualitas terdiri dari kebebasan dari kekurangan. Adapun poin penting dari
definisi mutu menurut Juran adalah (1) definisi praktis kualitas mungkin tidak
mungkin, dan (2) kualitas terkait dengan kebutuhan pelanggan, dan
kemampuanmemenuhinya menunjukkan adanya kesesuaian dengan karakteristik produk
yang terukur.
B.
Saran
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat berbagai
kekeliruan baik dari segi penulisan maupun pembahasan yang termuat dalam
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan masukan dan kritikan dari para
peserta diskusi mata kuliah Manajemen Mutu (TQM) Pendidikan Islam I pada program Pascasarjana STAIN Sultan
Qaimuddin Kendari tahun ajaran 2014/2015, sehingga makalah ini dapat menambah
wawasan pengetahuan kita dalam pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anon. Total Quality Management (TQM) from Quality to
Excellence, Departmen of Trade and Industri.www.dti.gov.uk/quality/tqm Dikutip 22 September 2014.
British Standards Institution, Quality Systems, BS EN ISO
9002, BSI, London, 1994
Crosby,P.B, Quality is Free, New York:McGraw-Hill Book Co,
1979
Deming, W.E, Out of The Crisis: Quality Productivity and
Competitive Position, Cambridge University Press, Cambridge, 1986
Feigenbaum, A.V, Total Quality Control, Third Edition, New
York: McGraw-Hill Book Co, 1983
Hindle T. Guide to Management Ideas and Gurus. The
Economist, 2001
Pranajaya
2012, Handout AOLI, Jakarta: Universitas Yarsi.
http://wikipedia.org, Diakses
22 September 2014.
http://shiftindonesia.com/kaoru-ishikawa-tokoh-di-balik-fishbone-diagram/Diakses 22 September 2014.
terimakasih ilmunya, semoga bermanfaat, dan menjadi amal solih penulis. Amin
BalasHapusTerimakasih sangat bermanfaat
BalasHapusmantap bujank
BalasHapus